
Bantul, humas.jsitdiy — VR Metaverse gagal dalam proyek pendiri facebook, Virtuak Reality atau VR adalah sebuah teknologi yang membuat pengguna atau user dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia virtual yang dapat disimulasikan oleh komputer. Dengan adanya VR, user merasa lebih nyata untuk berada di lingkungan tersebut. Dalam bahasa Indonesia VR dikenal dengan istilah realitas maya. Teknologi VR ini sudah dikembangkan sejak tahun 1980-an, oleh Jaron Lanier salah satu pelopor modern dari bidang teknologi, mendirikan perusahaan VPL Riset pada tahun 1985. Pada tahun ini juga ia pelopor serta menciptakan goggle dan sarung tangan yang dibutuhkan oleh user dalam menggunakan VR.
Meskipun baru populer belakangan ini, metaverse sejatinya adalah sebuah istilah yang sudah lama diciptakan. Ia pertama kali digunakan pada tahun 1992 oleh Neal Stephenson dalam novelnya yang bertajuk “Snow Crash”. Menurut CNBC, istilah tersebut merujuk pada dunia virtual berbasis 3D yang dihuni oleh avatar dari pengguna nyata. Meskipun demikian, makna dari istilah tersebut belum bisa didefinisikan secara universal. Sebab, seperti yang sudah Glints paparkan, sejauh ini metaverse masih dalam bentuk konsep. Melansir Times, bila ingin didefinisikan, metaverse bisa diartikan sebagai dunia internet yang dihadirkan dalam bentuk 3D dan virtual.
Baca Juga: Blangkon tradisi busana khas jawa yang tak sekedar menjadi penutup kepala
Pada Agustus lalu, Bos Meta Mark Zuckerberg mendapat banyak ejekan di jagat maya karena avatarnya di Horizon Worlds atau Metaverse milik Meta menjadi viral di Twitter. Tangkapan layar yang menunjukkan avatar Zuckerberg itu dibagikan bersamaan dengan peluncuran Horizon Worlds di Prancis dan Spanyol. Tangkapan layar menunjukkan avatar Zuckerberg di depan Menara Eiffel dan Sagrada Familia Barcelona. Dilansir dari Social Media Today, gambar yang dengan cepat mengambil perhatian di Twitter ini mendapat ejekan orang-orang karena grafis beresolusi rendah, lingkungan VR yang basic, avatar sederhana, hingga grafis tahun 90-an.
Bahkan, banyak yang mempertanyakan mengapa avatar Zuckerberg begitu datar dan tak bernyawa padahal Meta telah menghabiskan miliaran dolar dan mempertaruhkan masa depannya pada kesuksesan metaverse. Tak lama dari ejekan tersebut, Zuckerberg mengatakan pihaknya merencanakan pembaruan besar untuk grafik Virtual Reality-nya. Zuckerberg sendiri tampak mempertaruhkan masa depan perusahaannya yang bernilai setengah triliun dolar pada visi masa depan di mana kita semua menghabiskan lebih banyak waktu di ruang virtual yang dikenal sebagai metaverse. Di ruang tersebut, kita akan beraktivitas dengan diwakili alter ego digital yang dibuat mirip dengan kita.
Meta disebut tampak kesulitan menjual visi futuristiknya setelah memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam industri virtual reality. Masalah kunci yang mungkin perlu diselesaikan Zuckerberg adalah bagaimana membuat Metaverse dianggap sebagai sesuatu yang keren. Pasalnya, sesuatu yang tidak dianggap keren tidak akan mudah digandrungi orang-orang. Avatar yang mendapat ejekan menjadi salah satu bukti Metaverse Zuckerberg dianggap tidak keren oleh publik. Selain avatar yang buruk, kurangnya ketersediaan perangkat VR juga menjadikan visi Metaverse terhalang.
Untuk masuk ke metaverse, pertama-tama kita harus memasang perangkat besar seperti perangkat Quest US$400 Meta. Perangkat ini cukup ramping, tetapi pada akhirnya benda ini masih merupakan komputer besar yang menempel di kepala kita. Kemudian, keterbatasan teknis juga menjadi rintangan dalam dunia Metaverse yang ingin diwujudkan Zuckerberg. Avatar VR perlu merespons secara real time cara kita menggerakkan wajah dan tubuh kita, yang membutuhkan komputasi dan pemrosesan grafis yang kuat. Apa yang benar-benar kita perlukan untuk membuatnya terlihat meyakinkan adalah sensor ekstra yang ditempelkan di seluruh tubuh kita.